Mencetak keturunan pebisnis yang memiliki jiwa wirausaha merupakan hal yang sangat krusial dalam mempertahankan kelanggengan perusahaan keluarga di masa depan. Seorang ayah dapat sangat hebat merintis sebuah perusahaan dari nol namun, ia belum tentu jago mengkaderisasi anak-anaknya menjadi pengusaha sukses. Oleh karena itu, seorang ayah yang juga pebisnis harus mampu memberikan konsultasi bisnis kepada keturunannya.
Bisnis keluarga memiliki prospek yang cukup baik dalam jangka panjang, apalagi jika mereka yang terlibat di dalamnya menikmati pekerjaan itu. Bisnis keluarga artinya menghasilkan keuntungan tanpa mengorbankan keluarga, namun melibatkan anggota keluarga tentunya secara profesional.
Problem terpenting dalam melanjutkan bisnis keluarga adalah masalah suksesi. Suksesi memang bukan satu-satunya penentu kelanggengan bisnis keluarga, akan tetapi, suksesi menjadi akar persoalan di bisnis keluarga ketika sang pendiri semakin tua atau sudah memasuki masa pensiun, sementara tidak ada generasi penerus andalan.
Terkait isu kegagalan suksesi dan kaitannya dengan pemberian konseling bisnis kepada keluarga, pengusaha Indonesia yang memiliki Gemala Group, Sofjan Wanandi punya pengalaman berbeda. Strategi yang ia pakai dalam mengelola bisnis keluarga dan memberi bimbingan serta melanggengkannya terbukti cukup berhasil.
Di usianya yang tak muda lagi, Sofjan yang juga Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), mendapuk tiga putranya Lestarto, Lukito, dan Witarsa menjadi pewaris kejayaan bisnis Gemala Group di generasi kedua. Ia membagi tiga perusahaan yang day to day dikelola oleh tiga putranya itu.
“Ada banyak kepentingan, apalagi jika anak-anak sudah berkeluarga. Tapi, yang terpenting adalah komitmen take and give dalam menjalankan bisnis ini,” kata pria yang 21 tahun berkecimpung di bisnis ini.
Suksesi bukan masalah bagi Sofjan, sebab ia telah mempersiakan rencana jangka panjang untuk mewariskan kerajaan bisnisnya kepada anak-cucu kelak. Tidak mudah memberi konseling bisnis dengan menggembleng karakter tiap anak supaya tangguh, dan memiliki mental kuat dalam mengelola bisnis keluarga.
Seorang ayah, harus memiliki kepekaan membaca karakter dan minat si anak, itu modal pertama yang harus dimiliki seorang konselor (pembimbing). Dengan mengenali kekuatan dan kelemahan dari tiap-tiap anggota keluarga, maka akan lebih mudah untuk mengarahkan mereka di posisi yang tepat.
“Saya tidak pernah memaksa anak, tapi mengarahkan dan selalu memberikan pengertian tentang bisnis keluarga ini,” ungkap Sofjan yang kini di usia 69 tahun dianugrahi sepuluh cucu. Ia percaya pola persuasif dengan mengajak ketiga penerusnya bergabung meski pada tiga perusahaan yang berbeda (anak perusahaan Gemala Group) cukup berhasil.
Selain rasa percaya, komunikasi intens juga sangat mendukung upaya keharmonisan sebuah keluarga yang solid. Cinta kasih sayang, dukungan, dan pengertian adalah kunci keluarga harmonis. “Pada prinsipnya harmonisasi antara keluarga dan bisnis,” tutur mantan aktivis tahun 60-an ini.
Sikap mengalah merupakan faktor penting kekompakkan antaranggota keluarga yang hingga kini ia percaya. Selalu ada waktu untuk berdiskusi, itulah rutinitas wajib keluarga Wanandi yang membuktikan kunci sebuah strategi konsultasi bisnis keluarga yang cukup berhasil.