Hubungan Planet dan Planetarium

Bumi merupakan salah satu planet yang berada di gugusan sistem tata surya, dengan Matahari sebagai pusat revolusinya. Tata surya adalah beberapa benda-benda angkasa yang terikat kepada salah satu bintang sebagai pusat gravitasinya. Dalam hal ini adalah Matahari sebagai pusat gravitasi. Benda-benda angkasa yang terdapat dalam sistem tata surya terdiri atas planet, satelit, asteroid, meteor, dan komet.

Dalam sistem tata surya terdapat delapan planet, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Semua planet tersebut secara periodik mengelilingi Matahari (revolusi), selain setiap planet juga mengelilingi porosnya masing-masing (rotasi).

Revolusi dan rotasi setiap planet memiliki waktu yang berlainan. Bergantung jarak masing-masing planet terhadap Matahari.Selain Merkurius dan Venus, keenam planet lainnya memiliki satelit. Artinya keenam planet tersebut memiliki benda angkasa yang teratur mengelilinginya dengan periode tertentu.

Bulan (moon) dikenal sebagai satelit Bumi.Deimos dan Phobos adalah dua satelit Mars; Ganymede, Io, Callisto, dan Europa adalah satelit-satelit Jupiter; Saturnus mempunyai 60 satelit, salah satunya bernama Titan dengan ukuran lebih besar dari Merkurius; Uranus mempunyai 27 satelit, di antaranya bernama Titania, Ariel, Umbriel, Oberon, dan Miranda; sedangkan Neptunus memiliki 13 satelit, salah satunya yang terbesar bernama Triton.

Pluto, dulu dianggap sebagai salah satu planet di gugusan tata surya ini. Akan tetapi, perkembangan ilmu pengetahuan menyatakan bahwa Pluto dianggap bukan lagi sebagai planet, melainkan sebuah planet kerdil. Alasannya karena Pluto masih berada di lintasan Sabuk Kuiper  sehingga di lingkungan Pluto masih terdapat benda angkasa selain satelitnya.

Sebuah planet terdefinisi sebagai suatu planet salah satunya apabila di lingkungan terdapat benda angkasa selain satelitnya. Perubahan status Pluto ini berdasarkan kesepakatan para ahli Astronomi pada pertemuan Persatuan Astronomi Internasional 24 Agustus 2006.

Bersamaan dengan majunya ilmu pengetahuan, istilah “planet” pengertiannya berubah dari sesuatu yang bergerak melintasi langit menjadi benda yanbg bergerak mengellilingi Bumi. Saat model heliosentrik sudah mendominasi (abad ke-19), saat itu juga planet mulai dianggap sebagai sesuatu yang mengorbit Matahari dan Bumi merupakan sebuah planet saja. sampai pertengahan abad ke-19, semua obyek yang terlihat mengelilingi Matahari disebut planet. Jumlah planet menjadi bertambah dengan cepat dan banyak jumlahnya di akhir abad ini. 

Sepanjang kurun waktu 1800-an, para astronom mulai sadar bahwa banyak sekali penemuan terbaru yang tidak sama dengan planet-planet tradisional. Obyek-obyek seperti Ceres, Pallas, dan Vesta, yang sudah digolongkan sebagai planet selama hampir setengah abad, akhirnya digolongkan dengan nama baru, yaitu asteroid. Dalam konteks ini, tidak adanya definisi formal menyebabkan planet didefinisikan sebagai benda besar yang mengorbit pada Matahari. Tidak ada kepentingan untuk menentukan batas-batas pengertian karena ukuran antara asteroid dan planet sangat berbeda. 

Selanjutnya, pada abad ke-20, Pluto ditemukan. Pengamatan awal terhadap Pluto menyebutkan bahwa Pluto memiliki ukuran lebih besar daripada Bumi. IAU (Union astronomique internationale) akhirnya menerima obyek itu sebagai planet. Pengamatan yang lebih dalam menemukan bahwa obyek itu sebenarnya jauh lebih kecil dari dugaan awal. Namun, karena dianggap lebih besar daripada semua asteroid yang diketahui dan terlihat tidak eksis dalam populasi yang besar, Union astronomique internationale tidak mengubah statusnya selama kurang lebih 70 tahun. 

Pada 1990-an dan awal 2000-an, terdapat banyak penemuan obyek seperti Pluto di daerah yang relatif sama. pluto ditemukan hanya sebatas benda kecil dalam sebuah populasi yang berjumlah mencapai ribuan, sama seperti Ceres dan asteroid-asteroid pada zaman sebelumnya. Semakin banyaknya astronom yang menginginkan agar Pluto diberi pengertian ulang dari sebuah planet karena dipicu bertambahnya penemuan obyek-obyek sejenis. Ditemukannya Eris, obyek yang lebih masif dari Pluto, yang selanjutnya diperlihatkan secara luas sebagai planet kesepuluh, mengakibatkan hal ini semakin populer. 

Pada tanggal 24 Agustus 2006, berdasarkan pemungutan suara, akhiranya IAU membuat pengertian planet yang baru. Akibatnya, jumlah planet dalam Tata Surya berkurang menjadi delapan benda besar yang sukses membersihkan lingkungannya (Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus). Sementara itu, sebuah kelas baru berhasil dibuat, yaitu planet katai (Ceres, Pluto dan Eris). 

Lima planet paling dekat dengan Matahari selain Bumi, yaitu Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus, sudah dikenal sejak masa lalu karena semua planet ini dapat dilihat dengan mata telanjang. Aristoteles memperkenalkan nama-nama dewa dalam mitologi untuk planet-planet ini pada abad ke-4 SM. Hermes dipakai untuk nama Merkurius, Ares untuk Mars, Zeus untuk planet Jupiter, Kronos untuk planet Saturnus, dan Aphrodite untuk planet Venus. 

Fenomena alam berupa gugusan tata surya merupakan sebuah keteraturan yang menakjubkan. Keberadaannya menunjukkan eksistensi kehidupan hingga akhir zaman. Kita dapat mengamati dan mempelajari tata surya dengan mengunjungi planetarium.

Planetarium merupakan sebuah tempat yang memutar pertunjukan berupa simulasi ‘kehidupan’ tata surya. Dalam suatu planetarium biasanya terdapat ruang pertunjukan (theatre), tempat diadakannya simulasi tersebut. Pertunjukan biasa dilakukan malam hari. Selain itu, planetarium menawarkan kepada para pengunjungnya untuk bisa mempelajari ilmu astronomi secara umum.

Atap sebuah planetarium berbentuk kubah. Tidak seperti pada observatorium, meskipun sama-sama berbentuk kubah, kubah pada planetarium tidak dapat dibuka tutup. Inilah yang membedakan suatu planetarium dari observatorium. Akan tetapi, ada pula suatu planetarium yang juga merupakan observatorium.

Dalam ruang pertunjukan suatu planetarium, terdapat kumpulan gambar yang dipantulkan pada proyektor. Proyektor ini biasanya terdapat di tengah ruang pertunjukan dan memperagakan berbagai cerita dengan narasi tertentu tentang ‘kehidupan’ jagat raya.

Selain itu, pertunjukan juga diiringi oleh alunan musik. Setiap kursi dalam ruang pertunjukan dapat direbahkan agar para pengunjung dapat pula mengamati pertunjukan pada layar yang ditempatkan di bagian dalam langit-langit kubah. Biasanya pertunjukan berlangsung sesuai dengan tema yang ditawarkan pada setiap planetarium.

Di seluruh dunia terdapat 3.300 planetarium, paling banyak terdapat di Amerika Serikat, yaitu sebanyak 1.500 planetarium. Di Eropa, sedikitnya terdapat 450 planetarium. Di Indonesia, terdapat tiga planetarium, yaitu di Jakarta (Taman Ismail Marzuki, merangkap sebagai observatorium), di Kutai, Kalimantan Timur, dan di Surabaya.

Planetarium yang terdapat di Taman Ismail Marzuki, Jakarta merupakan planetarium tertua di Indonesia. Planetarium ini didirikan pada tahun 1964 atas prakarsa presiden yang memerintah saat itu, yaitu Ir. Soekarno.

Selain sebagai sarana pendidikan yang menyuguhkan pertunjukan mengenai ruang angkasa, di planetarium ini terdapat museum sebagai ruang pamer berbagai pengetahuan astronomi berkaitan dengan benda-benda angkasa dan jagat raya secara umum. Pertunjukan yang disuguhkan di Planetarium Jakarta memiliki waktu tayang sekitar 60 menit. Di sana terdapat 9 judul pertunjukan yang disajikan secara bergantian.

Jika Anda tertarik untuk mempelajari lebih jauh tentang ‘kehidupan’ jagat raya, Anda dapat mengamati langsung dengan mengunjungi museum yang ada di planetarium. Selain itu, tentunya tidak dapat dilewatkan begitu saja untuk mengikuti salah satu program pertunjukan, seperti yang ditawarkan oleh Planetarium Jakarta. Anda dapat mengunjungi salah satu planetarium yang terdekat dengan daerah Anda.


View the original article here

 
© 2009 Anne Ahira Artikel | Powered by Blogger | Built on the Blogger Template Valid X/HTML (Just Home Page) | Design: Choen | PageNav: Abu Farhan