Pentingnya Melaksanakan Ibadah Kurban

Kurban adalah hukumnya sunah muakkad yang termasuk kifayah. Jadi apabila telah dilaksanakan oleh seseorang dari penghuni rumah, maka cukuplah dari penghuni rumah tersebut dan kurban itu tidak wajib kecuali ada nazar. Akan tetapi menurut sebagian ulama, misalnya Abu Hanifah, mengatakan bahwa kurban adalah wajib khususnya bagi yang mampu,.

Tetapi dengan demikian Kurban merupakan ibadah yang biasa dilakukan kaum Muslimin bertepatan dengan ibadah haji. Ibadah kurban sendiri mempunyai nilai sejarah yang sangat mengagumkan, yaitu sebuah ketaatan antara anak, orangtua dan tuhannya ( Allah SWT ).

Dalam rangka untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat muslim tentang bagaimana pentingnya dan pahalanya ibadah kurban sebagai pejuangan dengan harta dalam melaksanakan syariat Islam sebagai salah satu bentuk pengabdian kita kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda :

“ Perbesarlah kurbanmu, sesungguhnya kurban-kurban itu nantinya menjadi kendaraanmu diatas Shiratul Mustaqim “.

Kalau kita pernah berkurban nilainya belum seberapa karena hampir rata-rata kurban yang dilakukan orang-orang sekarang ini masih sangat kurang dibandingkan nikmat yang diperolehnya di bumi Allah ini. Kurban yang diterima oleh Allah SWT, bukan karena banyaknya yang kita keluarkan melainkan yang paling esensi dari kurban itu adalah kesungguhan dan niatnya. Artinya, dengan melakukan kurban diniatkan hanya untuk keridhaan dari Allah SWT, karena Allah SWT sendiri tidah membutuhkan daging hewan kurban. Allah SWT itu Maha Kaya, tetapi pengorbanan hamba-Nya itulah yang Allah lihat sebagai manusia yang bertaqwa.

Kita lihat sejenak di lingkungan sekitar yang ada adalah pembangunan, padahal katanya kita ini lagi terpuruk dalam perekonomian. Malah banyak orang-orang menjadi korban. Ini barangkali suatu keajaiban atau barangkali secara kebetulan saja.  Tanpa menutup adanya suatu kemungkinan kita boleh menerima ataupun tidak, tetapi yang jelas masalah itu sering terjadi di sekitar kita. Mungkin itu disebabkan karena kurangnya kesadaran ummat islam itu sendiri, untuk menggali informasi / mencari ilmu dalam melaksanakan Ibadah syariah ini.

Keharusan berkurban dalam agama Islam lebih ditekankan kepada kaum hartawan, karena mereka lebih mampu dalam masalah finansial dibanding kaum fuqara, masakin dan dhu’afa. Dengan membiasakan dan melatih diri berkurban, maka kita akan semakin dekat kepada Allah SWT. Karena selain zakat, sedekah dan infak, kurban juga termasuk ibadah sosial yang bisa menghubungkan jembatan persaudaraan ummat Islam.

Anjuran berkurban telah dicantumkan oleh Nabiyallah Ibrahim As, yang sering sekali disebut-sebut dalam sejarah Islam sebagi pengorbanan agung. Nabi Ibrahim sebagai seorang ayah mendapat perintah dari tuhannya agar menyembelih putra kesayangannya yaitu Ismail As, yang baru berusia tujuh tahun.

Memang menurut akal pikiran manusia, perintah semacam itu tidak layak dilakukan oleh seorang Nabi. Namun karena benar-benar wahyu dari Allah SWT, jangankan harta benda ,nyawa pun rela dikorbankan hanya karena pembuktian ketaatan terhadap Allah SWT. Pernyataan sepeerti inilah yang pernah diucapkan Nabi Ibrahim As. Sebelum beliau dikarunia seorang anak oleh Allah SWT, maka tidak heran lagi kalau pada akhirnya Allah meminta agar beliau mau membuktikan nazarnya itu dengan jalan yang harus menyembelih putranya Ismail As.

Allah ingin melihat dan menguji Nabi-Nya sampai dimana kadar ketaatan dan kesabaran yang telah mendarah daging di hati Nabi Ibrahim As. Tetapi berkat kesabarannya, sukseslah beliau menjalani ujian dari Allah yang menurut ukuran kita manusia biasa sangatlah berat. Nabi Ibrahim juga pernah mengalami ujian yang sangat berat ketika pada jaman kerajaan Namrudz, beliau dibakar hidup-hidup dalam kobaran api yang membara. Sungguh keberhasilan Nabi Ibrahim ini juga digambarkan dalam Al-Quran pada surat As-Shaffat ayat 105 yang berbunyi :

Artinya : “ Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikian Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Yang dimaksud dengan kata-kata mebenarkan mimpi di atas ialah mempercayai mimpi itu benar dari Allah SWT, dan wajib untuk dilaksanakannya setelah nyata kesabaran dan ketaatan Nabi Ibrahim dan Ismail As. Maka Allah mengganti penyembelihan Ismail, dan untuk meneruskan kurban Allah menggantinya dengan sembelihan seekor kambing.

Peristiwa ini pada akhirnya menjadi dasar disyariatkannya kurban yang dilakukan pada hari raya idul Adha atau hari raya Haji. Kemudian membagi-bagikan daging kurban kepada fakir miskin. Rasulullah bersabda : “Siapa yang mempunyai kemampuan untuk berkurban dan ia tidak melakukannya maka ia mati dalam keadaan yahudi ataupun dalam keadaan Nasrani. “

Dengan demikian, syariat berkurban itu hendaklah terus disosialisasikan oleh ulama, organisasi, lembaga DKM dan lain-lain, agar kesadaran berkurban masyarakat khususnya muslim semakin meningkat. Tentunya dengan pemahaman yang benar bahwa berkurban itu betul-betul dengan niat yang suci karena Allah SWT. Dengan demikian setidaknya telah menteladani jejak Nabiyallah Ibrahim As dan Ismail As.

Dengan berkurban, jadikan momentum untuk merajut persatuan dan kesatuan ummat  Islam seutuhnya, selain membentuk pribadi yang sosiawan sekaligus membersihkan diri dari rasa kikir dan bakhil. Itulah sebenarnya esensi yang mendasari ibadah kurban. Seperti halnya zakat, sedekah, infaq dan ibadah-ibadah sosial lainnya, dilihat dari nilai ibadah yang pertama dan paling utama saran untuk memerangi kefakiran, kemiskinan dan kedhuafaan, sebab kefakiran seringkali membawa manusia ke dalam kekafiran. Mereka membutuhkan saluran dan uluran tangan sesama muslim dalam upaya mempebaiki kehidupan ekonominya sehingga mereka dapat meningkatkan taraf hidupnya dan melepaskan diri dari belenggu kemiskinan.

“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian“ (QS. Ad-Dzariat : 19 ).

Salah seorang sahabat mengatakan “ hampir saja kefakiran itu membawa kekafiran “. Bahkan lebih dari itu dalam usaha menumpas kefakiran  Umar Bin Khattab berkata “ seandainya kefakiran itu seorang laki-laki niscaya aku telah membunuhnya.”  

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan kurban supaya kurban itu menjadi benar dan sah. Sah berkurban domba yang masih muda yaitu domba yang berumur satu tahun masuk dua tahun, kambing yang sudah gugur dua giginya yaitu kambing yang sempurna umur dua tahun masuk tiga tahun, unta yang sudah gugur dua giginya yaitu unta yang sudah berumur lima tahun, dan sapi / kerbau yang sudah gugur dua giginya yaitu yang sudah sempurna umur dua tahun masuk ke tiga tahun.

Seekor unta cukup untuk berkurban tujuh orang yang berserikat dalam kurban unta itu. Seekor sapi, kerbau juga sama untuk tujuh orang kecuali kambing dan domba itu hanya untuk satu orang saja.

Ada beberapa macam hewan yang tidak sah untuk kurban :

Hewan yang matanya juling, yang jelas kejulingannyaHewan yang pincang  yang jelas kepincangannya sekalipun kepincangannya terjadi sewaktu pembaringannya sewaktu mau disembelih sewaktu meronta-rontaHewan yang sakit yang jelas sakitnyaHewan yang sangat kurus kering yaitu hewan yang sudah tidak mempunyai sum-sum lagi.

Betapa pentingnya ibadah yang bersifat individu ini yang mempunyai dampak sosial kemasyarakatan yang sangat luas melalui jalur agama, dan semoga kesadaran berkurban ini tertanam dan tumbuh, khususnya pada ummat Muslim.


View the original article here

Sejarah, Hukum, Jenis, dan Manfaat Zakat

 

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. “ (Qs. Al-Baqarah : 277)


Zakat artinya ”bersih”, “tumbuh”. Menurut istilah, zakat adalah membersihkan harta yang dimiliki yang sudah mencapai syarat tertentu yang akan diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.


Ada delapan golongan yang disebut sebagai orang-orang yang berhak menerima zakat, yaitu fakir, miskin, amilin, mualaf, memerdekakan budak, gharimin, jihad fi sabilillah, dan ibnu sabil.


View the original article here

Tafsir Kisah Adam: Bukti Kebesaran Allah

 

Salah satu tanda kebesaran Allah adalah peristiwa diturunkannya Adam ke dunia. Dalam Al-Quran, Kisah Adam dan Hawa dalam Alquran tersebar dalam enam surat, Qs. Al-Baqarah: ayat 30-38, Qs. Al-A’raaf: ayat 11-25, Qs. Al-Hijr: ayat 28-44, Qs. Al-Israa’: ayat 61-65, Qs. Thaahaa: ayat 115-123, dan Qs. Shaad: ayat 71-85.


Tujuan penyebaran kisah Adam dan Hawa ini (tidak dalam satu surat utuh) adalah ajakan bagi muslim untuk membaca kisah-kisah tersebut secara lebih terperinci dan menyeluruh. Misalnya, kisah peniupan Ruh Allah ke dalam Adam pada Qs. 15: 29 adalah penjelasan penting tentang alasan sesungguhnya mengapa malaikat diminta Allah untuk bersujud pada Adam.


Kisah Adam dan Hawa dimulai dari penciptaan Adam oleh Allah. Penciptaan ini dikritik oleh malaikat dengan berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” (Qs. 2: 30).


Sejak awal, Adam sudah diciptakan sebagai sosok ambigu. Bahkan, malaikat yang tercipta dari cahaya meragukan kedudukan Adam. Bagaimana mungkin Adam yang tercitra hanya tercipta dari tanah, bisa mengalahkan mereka?


Malaikat dan Iblis saat itu lupa bahwa Allah telah meniupkan ruh-Nya kepada Adam, seperti yang difirmankan Allah dalam Qs. 15 :29, “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”.


Untuk menyadarkan malaikat tentang kedudukan khusus Adam, Allah meminta malaikat menyebut nama-nama benda dengan perintah tegas, “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar mahkluk (entitas) yang benar!” (Qs. 2: 31).


Malaikat tentu saja tidak mengetahui nama-nama benda tersebut. Mereka berkata, “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Qs. 2: 32).


Setelah Allah menunjukkan ketidakmampuan malaikat, giliran Adam tampil. Tanpa perlu berkata melecehkan seperti yang dilakukan malaikat kepadanya (meragukan Adam menjadi khalifah bumi), Adam menyebutkan nama-nama benda yang tidak diketahui malaikat. Di sinilah para malaikat tertunduk malu mengakui kesalahan mereka meremehkan Adam.


Melihat hal tersebut, Allah berfirman, “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” (Qs. 2 :33).


Mengetahui bahwa Adam memang memiliki kualitas yang lebih tinggi, malaikat tidak bisa berbuat apa-apa. Oleh karena itu, ketika datang perintah Allah agar mereka bersujud kepada Adam (asjudu li adam), hampir semua malaikat bersujud, kecuali iblis seperti yang dicantumkan dalam Qs. 2: 34, “maka sujudlah mereka kecuali Iblis. ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan kafir.”.


Beberapa tafsir menyebutkan bahwa iblis adalah malaikat yang bernama Azazil. Ketakaburan Azazil yang tidak mau bersujud kepada Adam inilah yang membuatnya terlempar dari kualitas para malaikat yang selalu patuh kepada Allah. Dengan pembangkangan ini, Azazil diganti namanya sebagai Iblis, makhluk yang merasa bisa berdiri sendiri terlepas dari kepatuhan terhadap perintah Allah.


Apa hikmah yang didapat dari kisah ini? Manusia yang sok tahu dan mudah membenci artinya memiliki iblis di hatinya. Hal inilah yang perlu diwaspadai karena jika hati sudah menjadi iblis, tidak akan ada hal baik di dunia ini yang akan dianggap baik. Semuanya akan terlihat salah. Betapa Al-Quran menggunakan tamsilan iblis ini untuk menggambarkan kelemahan utama manusia.


View the original article here

Makna dan Dampak Syahadat

Syahadat adalah rukun pertama dari lima rukun Islam seperti shalat, zakat, puasa dan ibadah haji. Namun yang perlu kita ketahui dan pahami adalah bahwa pada dasarnya kelima rukun Islam tersebut merupakan dasar praktis dan teoritis dari realitas Islam dan syahadatain menjadi dasar utama bagi semua rukun Islam tersebut.

Jika seseorang tidak mengakui bahwa tidak ada tuhan yang patut disembah melainkan Allah dan Nabi Muhammad adalah Rasul-Nya maka orang tersebut tidak dianggap sebagai seorang muslim sebab kedudukan kalimat syahadatain merupakan rukun pertama. Dari satu sisi, ia merupakan dasar dari rukun-rukun Islam lainnya, dan disisi lain ia merupakan dasar totalitas Islam.

Kata “Asyhadu” mempunyai arti “ saya bersaksi “ kata ini merupaka suatu bentuk persaksian (syahadat) seorang muslim yang harus mewujudkan dalam kehidupannya sehari-hari secara bahasa syahadat  mempunyai arti pernyataan, janji dan sumpah. Kata syahadat dalam tata bahasa Arab merupakan bentuk fi’il mudhari (bentuk sekarang dan masa yang akan datang), maka pernyataan, janji dan sumpah seseorang yang telah bersyahadat tidak hanya berlaku pada saat diucapkan saja, tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Ia berlaku mengikat sepanjang hayat, setiap detiknya menuntut pembuktian dari syahadat orang tersebut, dengan melihat arti secara bahasa saja , kita sudah dapat merasakan betapa beratnya bobot pernyataan” Asyhadu’ yang diucapkan seseorang karena ia bukan hanya sekedar pernyataan, janji dan sumpah saja melainkan ketiganya sekaligus.

Syahadat sebagai pernyataan

Hal ini bukan hanya sekedar pernyataan “ya dan tidak” saja yang menjadi masalah, tetapi konsekuensi di belakang Ya atau Tidak hanyalah yang harus diperhitungkan karena harus ditanggung oleh orang yang membuat pernyataan. Ketika seseorang mengucapkan syahadat pada hakikatnya ia seorang mengumumkan atau memproklamirkan dirinya sebagai pribadi yang terbebas dari semua ikatan kecuali ikatan dengan Allah SWT. Segala atribut dan identitas yang ia sandang kini mesti mencerminkan arti dari proklamasi yang telah ia kumandangkan. (QS.  Ali Imran ayat : 64 )

Syahadat sebagai Janji

Hal ini mempunyai keterikatan dengan orang yang mengucapkannya  “ seseorang yang bersyahadat sebenarnya ia telah berjani, janji yang berlaku semenjak ruhnya masuk kedalam jasadnya masing-masing ketika masih dalam rahim ibunya, hingga hari kiamat kelak, sebagaimana Allah SWT. berfirman dalam Al-Quran surah Al-A’raf ayat 172.

Janji adalah hutang yang harus dibayar lunas tuntas tanpa bekas, karena kehidupan seorang muslim sepenuhnya berada dalam aturan Allah SWT. Sebagai realisasi untuk membayar janjinya, janji untuk menjadikan Allah sebagai Rob dengan segala hak-Nya. Hak untuk ditaatti dipatuhi, dicintai dan diperhatikan setiap kehendak dan kemauannya.

Syahadat sebagai sumpah

Sebagaimana sifat sumpah yang tidak diucapkan setiap saat hanya digunakan dalam keadaan darurat atau pada situasi tertentu yang diperlukan. Sehingga harga sumpah itu mahal dan tidak diobral. Sumpah biasanya digunakan untuk mengukuhkan atau membangun rasa percaya, adakalanya ia hendak dikukuhkan atau hendak dibangun adalah kepercayaan dari pihak lain atau adakalanya kepercayaan dari diri sendiri. Sumpah lebih berat dari sekedar pernyatan dan janji. Karena disamping konsekuensi yang akan dihadapi disadari sepenuhnya, orang bersangkutan telah memilih sendiri konsekuensi tertentu yang konkrit sehingga tidak dapat lagi menghindar.

Secara istilah (terminology,  Asyahadu berarti penyataan, janji dan sumpah ummat yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan :

1.       Membenarkan di dalam hati.

2.       Dinyatakan secara lisan

3.       Dibuktikan dengan perbuatan

Makna Syahadat yang Pertama

Dengan membaca Laillahaillallah, berarti kita mengakui Allah satu-satunya Rabb, Ilah dan Malik

Allah Sebagai Rabb

Kita mengakui bahwa Allahlah satu-satunya yang mempunyai kekuasan mencipta, mengatur dan memelihara serta menguasai kita dan seluruh alam semesta beserta isinya, sebagaimana terdapat dalam Al-Quran Surat Al an’am ayat 100-102. “Ilah yang memberikan rizki kepada seluruh makhluknya di muka bumi, mengidupkan dan mematikan, menurunkan penyakit dan menyembukannya.

Allah Sebagai Ilah

Mengakui Allah sebagai satu-satunya Ilah artinya tiada tuhan yang sesungguhnya kecuali dia tiada yang kita ibadahi, kita cintai, kita agungkan, kita rindukan kecuali Allah hanya ridhonya yang kita harapkan. Hanyalah Allah tujuan hidup dan mati kita. Ialah yang selalu kita harapkan perjumpaan dengannya.

Allah sebagai Malik

Mengakui Allah sebagi satu-satunya Malik, berarti kita mengakui bahwa hanya Allah yang berhak membuat aturan dan undang-undang. Hanya Allah yang patut ditaati dan ditakuti. Tidak ada yang berhak berkuasa dan memerintah kecuali atas ijin-Nya kekuasanya meliputi seluruh aspek kehidupan kita . tidak ada satu jengkal tanah pun di bumi ini yang luput dari kekuasaan-Nya.

Makna Syahadat yang Kedua

Setetelah Laillahaillallah, kita mengucap muhamadurrasulullah, yang berarti kita menerima Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul yang menyampaikan risalah kepada kita. Setelah kita mengakui Allah sebagai tuhan yang berwenang atas kita, maka kita perlu tahu apa saja yang diperintahkannya. Pekerjaan-pekerjaan yang membuat senang kepada kita, dan perbuatan-perbuatan apa saja yang harus kita jauihi agar tidak mendapat murka-Nya.

 Aturan hidup mana yang harus kita ikuti untuk memperoleh nikmatnya, dan hukum mana yang tidak boleh langgar, yang apabila kita langgar akan mendapat hukunnya? Allah telah menunjuk Muhammad SAW sebagai utusannya untuk menerangkan masalah-masalah ini dan mengirimkan kitabnya dengan perantaraanya.

Rasulullah hidup menurut aturan yang sesuai dengan perintahnya, dan dengan demikian menjadi tauladan bagi semua orang muslim dalam mengatur hidup mereka. Jadi ketika membaca Muhammad Rasulullah berarti pada saat itu kita telah menyatakan kesediaan kita untuk mengikuti aturan dan pola hidup yang dicontohkannya dan menolak aturan pola hidup yang bertentangan dengannya.

Adalah bertentangan apabila di satu pihak ada seseoang yang mngaku muslim tetapi di lain pihak ia membenci sunah Rasul. Bila kita tahu makan Lailahaillallah muhammadarrasulullah, dan menyatakan iman kepadanya serta memahami maksudnya, maka dalam setiap keadaan, langkah, hati, pikiran kita selalu tertuju dalam rangka pengabdian kepada Allah dan bimbingan Rasulullah.

Dampak Syahadatain

Persaksian Lailahaillallah Muhammadarrasulullah jika dipahami secara benar akan memberikan dampak positif bagi setiap muslim, yang antara lain dapat diukur dari dua sikap yang lahir darinya, yakni cinta (mahabbah) dan ridha. Seorang muslim harus memberikan cintanya yang tertinggi kepada Allah ta’ala, kemudian kepada Rasulullah SAW dan jihad di jalan Allah, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Ataubah ayat 24 .

“Mencintai perniagaan, rumah tempat tinggal tidak dilarang, tetapi harus proporsional yakni pada cinta yang kedua. Dilarang mencintai hal-hal duniawi melebihi kecintaan kepada Allah Rasul dan Jihad. Atau bahkan sejajar dengan kecintaannya kepada Allah, dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 165.

“ Disamping itu setiap muslim harus ridha dengan segala keputusan dan aturan Allah dan Rasulnya. Ridha lahir Batin tanpa ada rasa sedikitpun tidak puas dalam dirinya. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surat An-nisa ayat 65.

Setiap muslim hendaknya ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam agamanya dan Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul yang diikutinya. Sebagai dampak dari syahadatain adalah hal pokok yang ada dalam diri manusia yakni hati, akal, dan jasad akan mendapatkan sibghah Allah hingga utuh sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 138.

Jika seluruh diri muslim telah tercelup dalam Sibgah Allah itu, maka akan muncul pribadi muslim yang kaffah karena ketika unsur pokok ( potensi) yang ada dalam dirinya telah teraplikasi sebagai wujud pemahaman syahadatain yang merupakan celupan Allah SWT.


View the original article here

Keutamaan Surat Yasin

 

Membaca ayat-ayat suci yang terdapat dalam Al-Qur’an, lalu meresapi dan mengerti makna yang terkandung di setiap ayatnya adalah satu dari sekian banyak cara manusia dalam mendekatkan diri pada Allah swt. Allah swt sudah menuliskan segala “rahasia” dan aturan-aturan dalam kehidupan untuk manusia dalam setiap ayat yang Dia turunkan. Tidak terkecuali, ayat-ayat yang terdapat dalam surat Yasin.


Secara hakikat, surat Yasin tidak berbeda dengan surat-surat lain yang terdapat dalam Al-Qur’an. Surat Yasin dan surat-surat lain dalam Al-Qur’an sama-sama memiliki kekuatan serta keutamaan tersendiri. Keutamaan surat Yasin berbeda dengan keutamaan surat-surat lain.


Jika tubuh manusia mengenal jantung sebagai organ pemompa darah ke seluruh tubuh dan boleh dikategorikan penting, begitulah “posisi” surat Yasin dalam Al-Qur’an. Surat Yasin adalah ruh dari Al-Qur’an. Surat Yasin ibarat intisari dalam Al-Qur’an.


Dalam beberapa hadist dan riwayat sahabat nabi, keutamaan yang dimiliki oleh surat Yasin sudah banyak dijelaskan. Keutamaan yang dimiliki surat Yasin berhubungan dengan kehidupan manusia yang masih hidup dan manusia yang sudah meninggal. Keajaiban surat Yasin memang luar biasa. Keutamaannya tidak terputus hanya karena kematian.


Imam ar Rozi dalam At Tafsirul Kabir bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda dan memerintahkan untuk membaca surat Yasin kepada manusia yang telah dekat dengan kematiannya. Membacakan surat Yasin pada manusia yang tengah menghadapi sakaratul maut akan memberikan manusia itu kekuatan.


Keadaan manusia yang tengah menghadapi sakaratul maut tentu saja berbeda dengan keadaan manusia sehat dan jauh dengan kematian. Lidah dan hati manusia tersebut sangatlah lemah. Membacakan surat Yasin dapat menguatkan kembali hatinya serta menyandarkan kejujurannya pada yang pokok, yaitu amal dan fungsi hatinya.


Sabda itulah yang mendasari mengapa ketika ada manusia yang tengah menghadapi sakaratul maut, banyak yang membacakan surat Yasin di sekelilingnya. Tujuannya hanya satu, menguatkan dan mempermudah jalannya menuju alam kubur.


Ibnu Katsir juga bersabda serupa. Ibnu Katsir mengatakan bahwa ketika surat Yasin dibacakan pada orang yang tengah menghadapi kematiannya, Allah akan menurunkan rahmat, keberkahan, serta kemudahan lepasnya roh dari raga. Bagi yang membacakannya dan tengah ada dalam keadaan sulit, Allah akan memudahkan segala urusannya.


Imam Ahmad dalam Tafsir Al-Qur’anil Azhim Juz VI hal 562 juga menyatakan hal yang sama. Imam Ahmad mengatakan bahwa apabila dibacakan -surat Yasin- terhadap orang yang menjelang kematian, akan diringankan bebannya.


Allah swt, menurunkan surat Yasin sebagai roh dari Al-Qur’an. Keutamaanya juga bukan hanya bagi mereka yang akan menghadap-Nya. Dia menjanjikan beberapa keutamaan bagi makhluknya yang masih hidup. Sabda Rasulullah SAW dalam riwayat Sayyiduna Jund ibn Abdullah radiyAllahu ‘anhu berbunyi: “Barangsiapa membaca surat Yasin pada malam hari dengan niat mencari rida Allah, maka dosa-dosanya akan diampuni.”


Sayyiduna ibn Abbaas radiyAllahu ‘anhu juga mengatakan bahwa siapa saja (manusia) yang menyempatkan diri membaca surat Yasin di pagi hari, segala pekerjaannya akan dimudahkan. Bagi siapa saja yang membaca surat Yasin di penghujung hari, tugas-tugas serta pekerjaan di keesokan harinya juga akan dimudahkan.


Rasullullah SAW kembali bersabda tentang keutamaan surat Yasin. Kali ini, sabdanya diriwayatkan oleh Abu Ya’la dari Abu Hurairoh: “Siapa saja yang membaca surat Yasin pada suatu malam, maka ketika ia bangun dipagi hari, ia sudah dalam keadaan terampuni dosa.”


Surat Yasin adalah surat ke-36 dalam Al-Qur’an. Surat Yasin memiliki 83 ayat di dalamnya. Surat Yasin termasuk dalam surat Makiyyah. Surat Makkiyah yaitu istilah yang diberikan pada ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Mekkah. Ayat-ayat tersebut diturunkan sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.

Beri rating untuk artikel di atas Buruk sekali Kurang Biasa Bagus Bagus sekali



View the original article here

 
© 2009 Anne Ahira Artikel | Powered by Blogger | Built on the Blogger Template Valid X/HTML (Just Home Page) | Design: Choen | PageNav: Abu Farhan