Makna dan Dampak Syahadat

Syahadat adalah rukun pertama dari lima rukun Islam seperti shalat, zakat, puasa dan ibadah haji. Namun yang perlu kita ketahui dan pahami adalah bahwa pada dasarnya kelima rukun Islam tersebut merupakan dasar praktis dan teoritis dari realitas Islam dan syahadatain menjadi dasar utama bagi semua rukun Islam tersebut.

Jika seseorang tidak mengakui bahwa tidak ada tuhan yang patut disembah melainkan Allah dan Nabi Muhammad adalah Rasul-Nya maka orang tersebut tidak dianggap sebagai seorang muslim sebab kedudukan kalimat syahadatain merupakan rukun pertama. Dari satu sisi, ia merupakan dasar dari rukun-rukun Islam lainnya, dan disisi lain ia merupakan dasar totalitas Islam.

Kata “Asyhadu” mempunyai arti “ saya bersaksi “ kata ini merupaka suatu bentuk persaksian (syahadat) seorang muslim yang harus mewujudkan dalam kehidupannya sehari-hari secara bahasa syahadat  mempunyai arti pernyataan, janji dan sumpah. Kata syahadat dalam tata bahasa Arab merupakan bentuk fi’il mudhari (bentuk sekarang dan masa yang akan datang), maka pernyataan, janji dan sumpah seseorang yang telah bersyahadat tidak hanya berlaku pada saat diucapkan saja, tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Ia berlaku mengikat sepanjang hayat, setiap detiknya menuntut pembuktian dari syahadat orang tersebut, dengan melihat arti secara bahasa saja , kita sudah dapat merasakan betapa beratnya bobot pernyataan” Asyhadu’ yang diucapkan seseorang karena ia bukan hanya sekedar pernyataan, janji dan sumpah saja melainkan ketiganya sekaligus.

Syahadat sebagai pernyataan

Hal ini bukan hanya sekedar pernyataan “ya dan tidak” saja yang menjadi masalah, tetapi konsekuensi di belakang Ya atau Tidak hanyalah yang harus diperhitungkan karena harus ditanggung oleh orang yang membuat pernyataan. Ketika seseorang mengucapkan syahadat pada hakikatnya ia seorang mengumumkan atau memproklamirkan dirinya sebagai pribadi yang terbebas dari semua ikatan kecuali ikatan dengan Allah SWT. Segala atribut dan identitas yang ia sandang kini mesti mencerminkan arti dari proklamasi yang telah ia kumandangkan. (QS.  Ali Imran ayat : 64 )

Syahadat sebagai Janji

Hal ini mempunyai keterikatan dengan orang yang mengucapkannya  “ seseorang yang bersyahadat sebenarnya ia telah berjani, janji yang berlaku semenjak ruhnya masuk kedalam jasadnya masing-masing ketika masih dalam rahim ibunya, hingga hari kiamat kelak, sebagaimana Allah SWT. berfirman dalam Al-Quran surah Al-A’raf ayat 172.

Janji adalah hutang yang harus dibayar lunas tuntas tanpa bekas, karena kehidupan seorang muslim sepenuhnya berada dalam aturan Allah SWT. Sebagai realisasi untuk membayar janjinya, janji untuk menjadikan Allah sebagai Rob dengan segala hak-Nya. Hak untuk ditaatti dipatuhi, dicintai dan diperhatikan setiap kehendak dan kemauannya.

Syahadat sebagai sumpah

Sebagaimana sifat sumpah yang tidak diucapkan setiap saat hanya digunakan dalam keadaan darurat atau pada situasi tertentu yang diperlukan. Sehingga harga sumpah itu mahal dan tidak diobral. Sumpah biasanya digunakan untuk mengukuhkan atau membangun rasa percaya, adakalanya ia hendak dikukuhkan atau hendak dibangun adalah kepercayaan dari pihak lain atau adakalanya kepercayaan dari diri sendiri. Sumpah lebih berat dari sekedar pernyatan dan janji. Karena disamping konsekuensi yang akan dihadapi disadari sepenuhnya, orang bersangkutan telah memilih sendiri konsekuensi tertentu yang konkrit sehingga tidak dapat lagi menghindar.

Secara istilah (terminology,  Asyahadu berarti penyataan, janji dan sumpah ummat yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan :

1.       Membenarkan di dalam hati.

2.       Dinyatakan secara lisan

3.       Dibuktikan dengan perbuatan

Makna Syahadat yang Pertama

Dengan membaca Laillahaillallah, berarti kita mengakui Allah satu-satunya Rabb, Ilah dan Malik

Allah Sebagai Rabb

Kita mengakui bahwa Allahlah satu-satunya yang mempunyai kekuasan mencipta, mengatur dan memelihara serta menguasai kita dan seluruh alam semesta beserta isinya, sebagaimana terdapat dalam Al-Quran Surat Al an’am ayat 100-102. “Ilah yang memberikan rizki kepada seluruh makhluknya di muka bumi, mengidupkan dan mematikan, menurunkan penyakit dan menyembukannya.

Allah Sebagai Ilah

Mengakui Allah sebagai satu-satunya Ilah artinya tiada tuhan yang sesungguhnya kecuali dia tiada yang kita ibadahi, kita cintai, kita agungkan, kita rindukan kecuali Allah hanya ridhonya yang kita harapkan. Hanyalah Allah tujuan hidup dan mati kita. Ialah yang selalu kita harapkan perjumpaan dengannya.

Allah sebagai Malik

Mengakui Allah sebagi satu-satunya Malik, berarti kita mengakui bahwa hanya Allah yang berhak membuat aturan dan undang-undang. Hanya Allah yang patut ditaati dan ditakuti. Tidak ada yang berhak berkuasa dan memerintah kecuali atas ijin-Nya kekuasanya meliputi seluruh aspek kehidupan kita . tidak ada satu jengkal tanah pun di bumi ini yang luput dari kekuasaan-Nya.

Makna Syahadat yang Kedua

Setetelah Laillahaillallah, kita mengucap muhamadurrasulullah, yang berarti kita menerima Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul yang menyampaikan risalah kepada kita. Setelah kita mengakui Allah sebagai tuhan yang berwenang atas kita, maka kita perlu tahu apa saja yang diperintahkannya. Pekerjaan-pekerjaan yang membuat senang kepada kita, dan perbuatan-perbuatan apa saja yang harus kita jauihi agar tidak mendapat murka-Nya.

 Aturan hidup mana yang harus kita ikuti untuk memperoleh nikmatnya, dan hukum mana yang tidak boleh langgar, yang apabila kita langgar akan mendapat hukunnya? Allah telah menunjuk Muhammad SAW sebagai utusannya untuk menerangkan masalah-masalah ini dan mengirimkan kitabnya dengan perantaraanya.

Rasulullah hidup menurut aturan yang sesuai dengan perintahnya, dan dengan demikian menjadi tauladan bagi semua orang muslim dalam mengatur hidup mereka. Jadi ketika membaca Muhammad Rasulullah berarti pada saat itu kita telah menyatakan kesediaan kita untuk mengikuti aturan dan pola hidup yang dicontohkannya dan menolak aturan pola hidup yang bertentangan dengannya.

Adalah bertentangan apabila di satu pihak ada seseoang yang mngaku muslim tetapi di lain pihak ia membenci sunah Rasul. Bila kita tahu makan Lailahaillallah muhammadarrasulullah, dan menyatakan iman kepadanya serta memahami maksudnya, maka dalam setiap keadaan, langkah, hati, pikiran kita selalu tertuju dalam rangka pengabdian kepada Allah dan bimbingan Rasulullah.

Dampak Syahadatain

Persaksian Lailahaillallah Muhammadarrasulullah jika dipahami secara benar akan memberikan dampak positif bagi setiap muslim, yang antara lain dapat diukur dari dua sikap yang lahir darinya, yakni cinta (mahabbah) dan ridha. Seorang muslim harus memberikan cintanya yang tertinggi kepada Allah ta’ala, kemudian kepada Rasulullah SAW dan jihad di jalan Allah, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Ataubah ayat 24 .

“Mencintai perniagaan, rumah tempat tinggal tidak dilarang, tetapi harus proporsional yakni pada cinta yang kedua. Dilarang mencintai hal-hal duniawi melebihi kecintaan kepada Allah Rasul dan Jihad. Atau bahkan sejajar dengan kecintaannya kepada Allah, dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 165.

“ Disamping itu setiap muslim harus ridha dengan segala keputusan dan aturan Allah dan Rasulnya. Ridha lahir Batin tanpa ada rasa sedikitpun tidak puas dalam dirinya. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surat An-nisa ayat 65.

Setiap muslim hendaknya ridha Allah sebagai Rabbnya, Islam agamanya dan Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul yang diikutinya. Sebagai dampak dari syahadatain adalah hal pokok yang ada dalam diri manusia yakni hati, akal, dan jasad akan mendapatkan sibghah Allah hingga utuh sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 138.

Jika seluruh diri muslim telah tercelup dalam Sibgah Allah itu, maka akan muncul pribadi muslim yang kaffah karena ketika unsur pokok ( potensi) yang ada dalam dirinya telah teraplikasi sebagai wujud pemahaman syahadatain yang merupakan celupan Allah SWT.


View the original article here

 
© 2009 Anne Ahira Artikel | Powered by Blogger | Built on the Blogger Template Valid X/HTML (Just Home Page) | Design: Choen | PageNav: Abu Farhan