Belajar Dari Keruntuhan Sejarah Kerajaan Turki Usmani

 

Sejarah kerajaan Turki Usmani mulai dari masa awal terbentuknya di abad ke 13 M, sampai dengan keruntuhannya di abad ke 20 awal, memang sangat berliku. Ada banyak sejarah gelap seperti perang, pemberontakan, penghianatan dan juga contoh kesetiaan yang bisa diambil hikmahnya.



Awal Keruntuhan


Kesultanan Turki Usmani berakhir saat sultan terakhir Turki Usmani, Sultan Abdul Hamid II, diasingkan ke Salonika. Inggris adalah biang keladi semua kehancuran yang terjadi di kesultanan tersebut. Sejak pertama kali menyerang Istambul, Inggris terus berusaha meruntuhkan keyakinan generasi muda pemimpin Turki untuk tidak lagi menggunakan sistem Islam dalam pemerintahan.


Musthafa Kemal Pasha yang kemudian menjadi popular karena dianggap berjasa dalam sebuah Perang Ana Forta, lantas merintis Pan-Turkisme. Yaitu menuntut kemerdekaan bagi negara Turki sendiri, terlepas dari kesultanan yang bernaung dalam kekalifahan Islam. Musthafa Kemal Pasha ini tidak lain adalah boneka Inggris berdarah Yahudi yang sengaja dimunculkan untuk menyerang dari dalam tubuh Turki sendiri.


Tidak lama kemudian, negara-negara Arab pun menuntut kemerdekaannya sendiri, menyusul kemerdekaan Turki. Dengan demikian, kekhilafahan yang berdasarkan pada persatuan atas nama agama Islam pun runtuh oleh sistem nasionalisme yang digembar-gemborkan Inggris. Masing-masing negara jadi mementingkan wilayahnya sendiri dan melupakan persatuan untuk melawan musuh Islam yang sudah memecah belah mereka.



Pelajaran Penting dari Keruntuhan Turki Usmani


Dari sejarah kerajaan Turki Usmani, nampak bahwa selemah apapun sebuah sistem kekhalifahan, ia tetap menjadi sebuah kekuatan yang ditakuti oleh kaum kafir. Oleh karena itu, dengan cara apapun kaum kafir itu akan berusaha mengganti sistem kekhalifan dengan sistem pemerintahan lain. Inggris misalnya, menyebarkan paham nasionalisme dan separatisme serta demokrasi untuk membubarkan sistem khalifah.


Sistem khalifah yang berlaku di kesultanan Turki sudah tidak murni lagi, melainkan sudah berubah menjadi sistem kerajaan. Sehingga berlaku pewarisan kekuasaan kepada anak dan keturunan raja, walaupun tetap ada dewan perwakilan dari ulama sebagai penasehat sultan. Itu membuat kualitas seorang khalifah terus menurun. Seorang khalifah tidak lagi dipilih berdasarkan pertimbangan keilmuan Islam serta derajat keimanannya lagi.


Sejarah kerajaan Turki Usmani yang ada dalam artikel di atas adalah versi singkat. Namun inti permasalahan yang menyebabkan kehancuran sebuah sistem kekhalifan terakhir di dunia Islam tersebut, semoga dapat kita ambil hikmahnya, dan membuat pembaca semakin yakin bahwa banyak sekali pihak yang takut jika kekuasaan Islam kembali berjaya.  

Beri rating untuk artikel di atas Buruk sekali Kurang Biasa Bagus Bagus sekali



View the original article here

Renungan Islam: Akhlak Islami

 

Ali bin Abi Thalib, salah satu keponakan, Sahabat sekaligus menantu Rasulullah saw, beliau pernah berwasiat kepada umat Islam “hisablah diri kalian sebelum dihisab kelak, timbanglah amal kalian sebelum ditimbang kelak”.


Wasiat ini sungguh dalam maknanya terutama dalam menjalani kehidupan, melaksanakan kewajiban sebagai seorang hamba kepada Allah Swt dan kepada sesama. Renungan Islam yang diwasiatkan Ali bin Abi Thalib, ibarat minatur Alam Hisab yang suatu hari nanti, pasti akan manusia alami.  


Hakikat Islam


Tak jarang, kita lebih sering menyalahkan orang lain dalam banyak hal tanpa berpikir sebelumnya, jangan-jangan masalah itu timbul karena kesalahan kita juga. Ibarat pepatah mengatakan semut di ujung lautan terlihat, tapi gajah di depan mata tak terlihat, begitulah sifat manusia pada umumnya.


Maka pantaslah jika hakikat Islam yang dijelaskan Rasulullah saw tak lepas dari empat perkara, yaitu akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak. Jika akidah dan ibadah identik dengan beribadah kepada Allah Swt (ahabbu ilallah), maka muamalah dan akhlak identik dengan berbuat baik kepada sesama manusia (ahabbu ilalnnas).


Akhlak = Senjata Rahasia


Keseimbangan memang sangat diperhatikan dalam Islam. Bukanlah muslim yang baik jika hanya beribadah kepada Tuhannya, tapi gemar menyakiti sesama. Bukan pula muslim yang bijak jika rajin salatnya, namun tak rajin sedekahnya. Maka akhlak, memegang peranan yang teramat penting dalam Islam.


Di zaman Rasulullah saw, banyak sekali non-muslim yang kemudian menjadi muslim bukan karena diperangi, dipaksa, atau disogok, tapi karena melihat akhlak Rasul dan para sahabatnya yang memberi kenyamanan, baik kepada sesama muslim atau kepada non-muslim.


Pernah Rasulullah saw diludahi oleh seorang Yahudi tiap kali akan melaksanakan salat, dan kejadian itu bukan hanya sekali atau dua kali. Tapi pada suatu hari orang Yahudi itu tidak ada karena sakit. Bukannya membalas justru Rasul malah menjenguk dan mendoakannya supaya lekas sembuh. Maka saat itu juga orang Yahudi yang biasa meludahi Rasul masuk Islam karena takjub dengan balasan yang di luar dugaanya.


Inilah istimewanya akhlak Rasul yang harus dijadikan teladan oleh umat Islam sampai akhir zaman. Lalu mengapa umat Islam masih saja ada yang menindas sesama atau umat lainnya hanya karena kepentingan kelompok, politik, dan kekuasaan hingga mengorbankan persaudaraan (ukhuwah) bahkan nyawa yang nilainya jauh lebih tinggi daripada keuntungan dunia semata.


Rasulullah saw Mercusuar Akhlak


Tidak sekadar salat, tidak sekadar zakat, tidak pula sekadar puasa tujuan diutusnya Rasul ke dunia. Lagi pula, tidak sempurna salatnya jika masih maksiat, tidak sempurna zakatnya jika masih korupsi, dan tidak sempurna pula puasanya jika masih belum bersabar. Hakikat ibadah kepada Allah Swt seharusnya bisa dirasakan dampaknya dalam kehidupan sehari-hari sehingga bukan menjadi rutinitas semata.


Di samping memberi petunjuk tata cara ibadah yang benar, Rasul pun diutus dalam rangka menyempurnakan akhlak sebagai perilaku yang keluar begitu saja dan mencerminkan diri seseorang tanpa disadari kapan pun dan di mana pun.


Untuk memiliki akhlak mulia tidak terjadi begitu saja. Mempelajari, memahami, mengamalkan akhla,k dan berkaca kepada Rasul adalah keniscayaan dalam Islam, sebab ketika Ummul Mukminin Siti Aisyah ditanya tentang akhlaknya Rasul, ia dengan tegas menjawab, akhlaknya adalah Al Quran.

Beri rating untuk artikel di atas Buruk sekali Kurang Biasa Bagus Bagus sekali



View the original article here

Khutbah Shalat Jumat Tentang Kewajiban Bekerja

Berikut adalah salah satu contoh khutbah shalat jumat

Alhamdulillahi nahmaduhu wa nasta’inuhu wa nastaghfiruhu, wa na’udzu billahi min syuruuri anfusinaa wa min sayyiati a’malinaa. Man yahdillahu fahuwal muhtadi wa man yudlil falan tajidalahu waliyyan mursyidan. Asyhadu allaa ilaaha illallahu wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah.

Jamaah sidang jumat rahimakumullah,

Marilah selalu kita bertakwa kepada Allah Swt., dalam arti yang sebenar-benarnya. Bukan hanya ucapan, melainkan takwa yang diwujudkan dalam perkataan dan perbuatan, dengan senantiasa menjalankan semua perintah Allah Swt., dan menjauhi segala larangan-Nya, dalam keadaan ramai ataupun sepi. Sungguh beruntung orang yang bertakwa, beruntung di dunia dan bahagia di akhirat.

Jamaah sidang jumat rahimakumullah,

Sesungguhnya manusia memiliki kewajiban menjaga kehidupan dirinya sendiri dan kehidupan orang yang menjadi tanggung jawabnya. Yaitu member nafkah setiap hari berupa makanan, minuman, pakaian dan kebutuhan lainnyayang perlu dicukupi, sesuai dengan kemampuanyang ada. Akan tetapi darimana kebutuhan nafkah bisa diperoleh kalau kita tidak bekerja sambil mengharap rahmat Allah Swt.? Bekerja yang kita lakukan namanya ikhtiar.

Oleh sebab itu, marilah kita rajin dalam berusaha dan bekerja. Bekerja apa saja asal dengan jalan yang benar dan halal. Misalnya, berusaha dan bekerja di bidang pertanian, perdagangan, menjadi buruh atau menjadi pegawai, menjadi pengusaha dalam bidang jasa dan sebagainya. Kalau bidang-bidang itu telah kita usahakan, akan tetapi belum berhasil, kita tidak boleh putus asa. Kita harus mencari jalan lain sehingga Allah Swt., member jalan kelapangan bagi kita. Rasulullah Saw., telah bersabda :

“Carilah rezeki oleh kamu sekalian di dalam tumbuh-tumbuhan bumi.” (HR. Abu Ya’la, Thabarani dan Baihaqi dari Aisyah)

Dalam hadist lain Rasulullah Saw bersabda :

“Carilah segala kebutuhan disertai dengan kebesaran jiwa karena setiap perkara itu berjalan bersama-sama dengan takdir  (ketentuan).” (HR. Ibnu Asyakir dari Abdullah bin Bisyr).

Jamaah sidang jumat rahimakumullah,

Jadi bekerja itu merupakan perbuatan terpuji, bahkan termasuk amalan takwa jika kita mengetahui cara-caranya. Itulah sebabnya orang-orang yang shaleh dan para Nabi pada masa hidupnya tidak pernah melupakan bekerja untuk nafkah keluarganya. Sebagaimana yang terjadi pada Nabi Daud As., beliau setiap hari tekun membuat pakaian dari besi, lalu dijual kepada kaumnya. Dari hasil itu beliau gunakan untuk mencukupi kebutuhan dirinya, keluarganya, dan untuk menegakkan agama Allah.

Rasulullah Saw., dalam sejarahnya juga termasuk orang yang giat bekerja. Pada mulanya beliau bekerja menggembala kambing milik pamannya. Setelah beliau menginjak usia muda, beliau berdagang menjajakan dagangan Siti Khadijah. Kemudian setelah dewasa dan memperoleh pangkat kenabian, beliau bekerja lewat perjuangan memerangi orang-orang kafir yang menentang agama Islam. Dari peperangan itulah beliau mendapat harta rampasan perang yang kemudian beliau mendapat bagian darinya.

Imam Ahmad bin Hanbal juga mengatakan, bahwa para sahabat Rasulullah Saw., berdagang di daratan dan di lautan, serta mengola kebun kurma. Rasulullah Saw., bersabda :

“Seseorang tidak makan yang lebih baik dari makanan yang ia hasilkan dari pekerjaan tangannya. Dan sesungguhnya Nabiyullah Daud As., makan dari hasil pekerjaan tangannya.” (HR. Imam Bukhari)

Lalu bagaimana cara-cara bekerja yang baik dan diridhai oleh Allah, sehingga pekerjaan itu termasuk ibadah yang mendapatkan pahala ? Caranya ialah :

1. Setiap akan berangkat bekerja, niatkanlah untuk beribadah, mencari nafkah demi mencukupi kebutuhan keluarga. Sebab, segala sesuatu tergantung pada niatnya. Rasulullah Saw., bersabda :
“Sesungguhnya semua amal itu tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya bagi setiap orang itu tergantung dari apa yang diniatkannya. Barangsiapa hijrahnya itu menuju kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya pun sampai kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya itu menuju kepada dunia yang bakall diperolehnya, atau kepada wanita yangbakal dinikahinya, maka hijrahnya itu sebatas pada apa yang ia hijrahi.  ” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Mencari pekerjaan yang halal dan diridhai Allah. Meskipun hanya menjadi buruh tani atau penjual minuman di pinggir jalan, atau menjadi pegawai rendahan, yang hasilnya tidak seberapa, hal itu lebih baik dari pada menjadi Bandar kasino, tukang tadah, perampok, koruptor dan sebagainya. Rasulullah Saw., bersabda :
“Mencari harta yang halal itu wajib bagi setiap orang Islam.” (HR. Thabrani)

3. Selalu bersyukur kepada Allah Swt., setiap memperoleh hasil meskipun hasilnya sedikit. Jangan sekali-kali menggerutu apabila pekerjaannya tidak memberikan hasil atau untung. Firman Allah Swt., di dalam al Qur’an surah Ibrahim ayat 7 :
“Jika kalian semua bersyukur, niscaya Aku tambahkan bagimu beberapa kenikmatan, dan jika kamu sekalian ingkar, ingatlah bahwa siksa-Ku sangat pedih.”

4. Jujur, karena kejujuran merupakan modal utama untuk mencapai kesuksesan. Rasulullah Saw. Bersabda:
“Kalian wajib berlaku benar (jujur), karena sesungguhnya kebenaran itu selalu bersama-sama dengan kebaikan dan kebaikan itu menunjukkan ke surga. Dan takutlah kalian dengan dusta, karena dusta itu selalu bersama-sama dengan kejahatan, dan kejahatan itu tentu menunjukkan kepada neraka.”

Demikian beberapa cara bekerja yang baik dan dirihai Allah Swt. Kalau cara-cara itu bisa diamalkan oleh setiap orang yang bekerja maka dia bukan hanya memperoleh hasil jerih payahnya saja, melainkan juga pahala dari Allah-pun ia perolehnya karena apa yang ia kerjakan itu adalah ibadah.

Jamaah sidang jumat rahimakumullah,

Selain apa yang telah diuraikan diatas, maka perlu kita ketahui pula bahwa di dalam bekerja jangan sampai melupakanibadah wajib yang rutin harus dikerjakan. Misalnya shalat 5 waktu atau shalat jumat, meskipun di saat pekerjaan itu tidak boleh ditinggalkan atau dalam keadaan sibuk.

Justru hal itu adalah ujian yang berat bagi kita. Karenanya hentikan pekerjaan untuk sementara waktu, lalu tunaikan shalat dengan khusyu’, selanjutnya selesaikanlah pekerjaan itu dengan baik. Itulah realisasi takwa dalam bekerja, sebagaimana yang diisyaratkan Allah Swt dalam firman-Nya yaitu dalam surah al-Jumuah ayat 10:

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi , dan carilah karunia Allah dan selalulah mengingat Allah supaya kamu beruntung.”  

Jelaslah bahwa bekerja memiliki nilai yang sangat luhur dan mendapat tempat tersendiri di hadapan Allah dan Rasul-Nya. Dengan bekerja telah memberikan makna “keberadaan diri kita di hadapan Allah dan Rasul-Nya”. Bagi kita yang telah menyadari makna bekerja, akan menghadirkan nuansa dan suasana ketenangan batin yang didasarkan atas rasa keimanan kita kepada Allah Swt.

Secara optimal kita bekerja, berarti kita telah menyiapkan diri untuk menjadi yang terbaik. Secara tidak langsung kita telah menyadari bahwa bumi dihamparkan bukan sekedar tempat kita menumpang hidup, melainkan justru untuk kita olah sedemikian rupa agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan lebih berarti.

“Barang siapa yang di waktu sorenya merasa kelelahan karena bekerja, berkarya dengan tangannya sendiri, maka di waktu sore itu pulalah ia terampuni dosanya.” (HR. Thabrani dan Baihaqi)

Semoga Allah Swt., memberikan petunjuk kepada dalam bekerja sehingga pekerjaan kita selalu diwarnai dengan ketakwaan. Amin.

Baarakallahu lii walakum bil qur’anil ‘adzim wa nafa’anii wa iyyakum bil ayaati wa dzikril hakim. Wa taqabbala minni waminkum tilawatahu innahu huwas sami’ul ‘alimm. Wa qul rabbighfir warham wa anta khairur rahimin.


View the original article here

Idul Adha: Salah Satu Hari Raya Umat Islam

 

Idul Adha merupakan salah satu hari raya keagaaman umat Islam. Di Indonesia, Idul Adha dikenal juga dengan istilah Hari Raya Haji. Salah satu hari besar umat muslim ini memiliki kekhasan berbeda dengan hari raya umat muslim lain. Idul Adha selalu khas karena disertai dengan ritual penyembelihan hewan kurban.


Seperti hari besar umat muslim lain, perayaan Idul Adha selalu diawali dengan sholat sunnah berjamaah. Sholat sunnah Idul Adha dilakukan sebanyak dua rakaat. Diawali dengan gema takbir yang berkumandang pada malam sebelum perayaan. Sholat Idul Adha biasanya dilakukan di lapangan yang luas, agar semua umat muslim bisa ikut sholat Idul Adha secara berjamaah.


Tradisi penyembelihan hewan kurban pada setiap perayaan Idul Adha diawali dengan cerita yang terjadi pada zaman Nabi Ibrahim. Cerita mengenai Nabi Ibrahim as terkandung dalam Al quran. Saat itu, Allah tengah menguji ketaatan Nabi Ibrahim kepada-Nya. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail.


Nabi Ibrahim berada pada keadaan yang sangat sulit. Beliau dihadapkan pada dua pilihan yang tidak bisa ia pilih. Dua-duanya adalah kecintaannya. Nabi Ibrahim mencintai Allah dan anak lelakinya. Namun, dengan kekuatan hati, Nabi Ibrahim akhirnya bersedia untuk mengorbankan Ismail. Ismail pun demikian. Beliau rela disembelih oleh Ayahnya karena Allah Swt.


Kekuasaan Allah pun diperlihatkan. Keajaiban pun terjadi. Nabi Ismail yang sudah menyerahkan hidup dan matinya ditangah Nabi Ibrahim  mendadak dan secara ajaib digantikan dengan seekor domba. Nabi Ismail lalu ditempatkan oleh Allah di tempat terindah, surga.


Berakar dari cerita itulah tradisi menyembelih hewan kurban dalam perayaan Idul Adha sudah merupakan hal yang wajib dilakukan. Berkurban atau menyembelih hewan kurban yang dagingnya dibagikan untuk masyarakat umum yang lebih membutuhkan. Di Indonesia, hewan yang biasa dijadikan kurban adalah domba, kambing, dan sapi. Di negara-negara Timur Tengah, hewan onta juga bisa dijadikan hewan kurban.


Penyembelihan hewan kurban biasanya dilakukan setelah sholat Idul Adha selesai dilakukan. Masyarakat biasanya akan ramai menyerbu lapangan tempat penyembelihan hewan kurban. Di Indonesia, pembentukan panitia hewan kurban biasanya dilakukan secara swadaya. Mereka bertugas mendapat hewan kurban, memotong, dan membagi-bagikannya pada warga.


Dengan berkurban, Anda bisa mendapatkan dua nilai baik sekaligus. Nilai yang pertama datangnya pasti dari Allah, sedangkan nilai yang kedua datang dari sesama. Berkurban dan membagi-bagikan dagingnya pada masyarakat sekitar sama dengan berbagi kebahagiaan dengan mereka. Sama seperti hakikat puasa yang mengajarkan kita bagaimana susahnya menahan lapar, berkurban pun demikian. Daging kurban yang dibagikan bisa membuat mereka ikut merasakan kenikmatan yang Anda rasakan.


Idul Adha dilakukan setiap tanggal 10 Dzulhijah menurut penanggalan Hijriah. Untuk lebih mudahnya, Idul Adha dirayakan setelah 70 hari perayaan Hari Raya Idul Fitri. Pada hari menjelang perayaan Idul Adha, umat muslim diharamkan berpuasa. Hari yang mengharamkan umat muslim berpuasa adalah hari Tasyrik.


Pada tanggal 10 Dzulhijah, para jemaah haji yang melakukan ibadah haji tengah melakukan lempar jumrah. Lempar jumrah adalah salah satu ritual keagamaan yang harus dilakukan oleh para jemaah Haji. Lempar jumrah dilaksanakan di Kota Mina.


Pada ritual keagamaan ini, para jemaah haji diwajibkan untuk melempari tiga buah tiang yang terbuat dari batu dengan menggunakan batu. Ketiga tiang batu itu melambangkan iblis yang memang harus dihukum. Acara lempar jumrah itu merupakan acara ritual puncak yang dilakukan oleh para jemaah haji dalam rangkaian ibadah hajinya.

Beri rating untuk artikel di atas Buruk sekali Kurang Biasa Bagus Bagus sekali



View the original article here

Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia

 

Begitu strategisnya kepulauan Indonesia sehingga banyak dari negara-negara lain mengunjungi negeri ini dengan tujuan untuk berdagang. Tapi lama-kelamaan tidak hanya untuk berdagang. Banyak penduduk asing yang mulai menetap di negara ini. Selain itu, mereka juga menyebarkan ajaran agama salah satunya adalah agama Islam.


Islam masuk ke wilayah Indonesia pada abad ke-7 Masehi,  dibawa oleh para pedagang Muslim yang berlayar dan singgah di negeri ini. Mereka adalah para pedagang Muslim asal Arab, Melayu, Persia serta India. Berawal dari sinilah sejarah perkembangan Islam di Indonesia dimulai. 


Penyebaran Islam di Indonesia 


Pada zaman dahulu, para pedagang menyebarkan Islam dengan berbagai cara tetapi tidak ada unsur paksaan di dalamnya. Adapun penyebaran agama Islam di Indonesia adalah sebagai berikut.


1. Melalui Perdagangan


Islam masuk ke Indonesia melalui perdagangan yang dibawa oleh para pedagang Muslim yang telah lama melewati jalur pelayaran Indonesia. Selain mencari keuntungan duniawi, mereka juga mencari keuntungan rohani dengan berdakwah menyebarkan agama Islam di Indonesia.


Apalagi setelah adanya kerajaan Islam seperti kerajaan Malaka dan Samudera Pasai. Jalan untuk menyebarkan agama Islam semakin mudah dan semakin luas karena para pedagang Arab bisa mendatangkan para ulamanya unuk berdakwah di negeri ini. 


2. Budaya


Melalui budaya inilah Islam disebarkan. Pada zaman dahulu banyak warga yang menggunakan sarana-sarana kebudayaan tetapi yang bersifat menyesatkan dan tidak sesuai dengan syariat Islam. Terkadang media ini dijadikan sebagai media penyembahan terhadap dewa-dewa.


Atas dasar dan inisiatif dari para wali Songo, media ini dijadikan sebagai alat menyebarkan agama Islam. Salah satunya melalui pertunjukan wayang kulit dan kesenian tradisional seperi jalungan, jamuran, ilir-ilir, dan cublak suweng. 


3. Pendidikan


Cara menyebarkan Islam di Indonesia pada zaman dahulu adalah melalui pendidikan. Pada saat itu, penyebaran diawali dengan membangun pesantren. Pembangunan pesantren ini dianggap sebagai sarana yang efekif untuk menyebarkan agama Islam.


Para da’i dan mubalig yang mengenyam pendidikan di pesantren akan dipersiapkan unuk berdakwah ke seluruh pelosok Nusantara. Strategi ini berhasil, misalnya tokoh alumni pesantren, Dauk Ribandang yang berhasil mengIslamkan kerajaan Gowa dan Tallo. Sampai sekarang pesantren terbukti sebagai sarana yang efektif untuk penyebaran agama Islam.


4. Kekuasaan Politik


Banyaknya kerajaan Islam di Indonesia membuat penyebaran Islam mendapatkan dukungan dan perlindungan dari para sultan dan raja-raja di seluruh Nusantara. Dukungan tersebut mengalir dari sultan Demak, Raja Gowa Tallo, serta raja di kerajaan Samudra Pasai.


Tokoh Penyebaran Agama Islam 


Awal mula penyebaran agama Islam dilakukan oleh para Wali Songo, antara lain adalah:

Sunan AmpelSunan BonangSunan MuriaSunan Gunung JatiSunan KalijagaSunan GiriSunan KudusSunan DrajatSunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)

Perkembangan Islam di Nusantara


Berkat para Wali Songo inilah Islam bisa tersebar di seluruh pelosok Indonesia, antara lain di daerah :


Sumatera


Islam berkembang di Sumatera ditandai dengan adanya kerajaan Islam pertama yaitu Kerajaan Samudera Pasai. Raja pertamanya adalah Sultan Malik Al-Saleh.


Jawa


Penyebaran agama Islam di pulau ini sangatlah berkembang pesat. Hal ini disebabkan para wali Songo mayoritas berasal dari Pulau Jawa. Penyebaran agama Islam di pulau ini sudah terjadi sejak abad ke-7 M oleh sahabat nabi yang bernama Muawiyah bin Abi Sufyan. 


Sulawesi


Sejak pertama kali bangsa Portugis masuk ke daerah Sulawesi pada 1540 sudah banyak pemukiman Muslim di beberapa tempat. Sulawesi memiliki kerjaan Islam yang bernama Kerjaan Gowa dan Tallo. Adanya kerajaan ini menandakan Islam berkembang pesat di Sulawesi. 


Kalimantan


Islam masuk ke daerah ini melalui tiga jalur, yang pertama melalui Malaka yang dikenal sebagai kerajaan Islam. Jalur kedua melalui para mubalig yang datang dari pulau Jawa. Jalur ketiga melalui mubalig asal Sulawesi yang bernama Datuk Ribandang yang merantau ke daerah ini.  


Maluku


Maluku dikenal sebagai penghasil rempah-rempah terbanyak. Hal inilah mengundang para pedagang Muslim untuk mengunjungi daerah ini. Islam masuk ke Maluku pada pertengahan abad 15. Kerajaan Muslim terbesar di Maluku adalah Ternate dan Tidore.  


View the original article here

Urgensitas Mempelajari Tarikh dan Peradaban Islam

Tarikh dan peradaban Islam adalah dua warisan yang sangat berharga bagi kaum muslim. Kedua warisan tersebut menjadi bukti-bukti kejayaan dan keberhasilan Islam di masa lalu. Kedua warisan tersebut juga bisa menjadi motivasi untuk kembali membangun pribadi yang mirip seperti tokoh sejarah yang dikenal di dalam tarikh. Tokoh yang ikut menciptakan kejayaan peradaban Islam.

Tarikh adalah sejarah. Di dalam sejarah pasti ada peradaban. Karena itu, di dalam sejarah Islam pasti ada peradaban yang mesti dikaji dan terus dikaji. Namun, pengkajian yang dilakukan bukan untuk sekedar mengenang tarikh dan peradaban Islam di masa lalu. Tapi bisa menjadi cerminan bagaimana mendesain kejayaan peradaban Islam saat itu bisa dibentuk saat ini.


Empat Hal penting Mengkaji Tarikh dan Peradaban Islam

Tak sedikit orang malas untuk mengkaji tarikh dan peradaban Islam. Alasannya, selalu klise. Apa yang diungkap di tarikh dan peradaban Islam selalu berkaitan dengan kehebatan para sahabat di dalam menyebarkan Islam. Sehingga, memiliki nuanasa peradaban yang baik. Sedangkan saat ini, tugas yang diemban umat bukanlah seperti tugas para sahabat tersebut.

Adalah kesalahan besar jika berpikir demikian. Mempelajari dan mengkaji tarikh dan peradaban Islam sungguh hal yang harus bagi setiap muslim. Pasalnya, apa yang dihasilkan mereka hingga menciptakan peradaban Islam yang menakjubkan bisa memberi nuansa lain jika disikapi dengan baik. Paling tidak ada empat hal yang ditemukan:

Menambah Wawasan

Dengan mengkaji sejarah dan peradaban Islam Anda akan memiliki wawasan yang luas. Wawasan mengenai beragam proses yang terjadi. Proses kemenangan dalam berperang. Proses  bagaimana Islam membangun peradaban pendidikan seperti di masa bani Abbasiyah.

Di masa ini pula umat Islam menyaksikan kejayaan Islam dengan diterjemahkannya buku-buku kono milik peradaban sebelum Islam. Di masa ini pula Anda akan menyaksikan betapa gerakan membukukan ilmu-ilmu agama mulai dilakukan yang selama ini hanya disampaikan dengan cara oral.

Mempelajari karakter tokoh-tokoh sukses

Dengan mengkaji sejarah dan peradaban Islam Anda menemukan tokoh-tokoh yang layak jadi panutan. Misalnya saja Khalifah al-Mansur di masa Bani Abbasiyah. Dia adalah tokoh yang layak ditiru. Di masa mudanya ia habiskan dengan bergelut dengan ilmu pengetahuan. Sehingga saat ia menjadi khalifah, pendidikan menjadi point terpenting yang diunggulkan dan diselamatkannya.

Ia menyakini pendidikan yang menjadi pilar kemajuan Islam. Pendidikan tak akan habis ditelan masa. Makanya, di saat ia menjadi khalifah digagasnya dikumpulkannya para penterjemah dan penulis buku untuk menciptakan karya yang bermanfaat untuk umat.

Ilmu yang ditemukan saat ini merupakan hasil dari usaha khalifah al-Mansur membangung peradaban Islam dengan pendidikan. Makanya, mempelajari sejarah dan peredaban Islam akan menghantarkan Anda untuk meniru pergerakan tokoh-tokoh sukses seperti khalifah al-Mansur.

Menciptakan desain hidup yang mampu merubah

Dengan mempelajari sejarah dan peradaban Anda sebenarnya sedang belajar bagaimana menjadi pribadi yang mampu merubah hidup menjadi lebih baik baik. Anda harus bisa mendesain hidup yang menyenangkan seperti apa yang terungkap di dalam sejarah.

Peradaban Islam tidak akan terbangun tanpa ada pribadi-prabadi yang mendesain hidupnya untuk perubahan. Perubahan yang dilakukannya menciptakan perubahan yang bermanfaat bagi khalayak ramai.

Anda lihat di dalam peradaban Islam di masa Abbasiyah. Ini adalah masa perabadan Islam terbaik. Perabadan ini tak akan tercipta tanpa adanya desain hidup yang mengingingkan kebaikan yang terjadi pada pribadi tokoh-tokoh masa itu. Bukan hanya al-Mansur saja yang mengingingkan terciptanya peradaban yang cermelang. Tokoh-tokoh yang lain juga, misalnya gerakan para penterjemah buku-buku kuno saat itu.

Menyimak kebahagian pasca kesuksesan

Dengan mempelajari sejarah dan peradaban Anda akan melihat hasil apa yang dicapai oleh mereka yang telah menciptakan kesuksesan. Oleh karena itu, ilmu yang berharga dari mempelajari sejarah dan peradaban adalah menyaksikan hasilnya dan ‘bermimpi’ untuk menciptakan peradaban Islam yang lebih baik dengan menciptakan desain hidup yang mampu memberi perubahan pada agama Islam.

Inilah empat hal yang paling urgen bagi umat Islam dari mengkaji sejarah dan peradaban Islam. Tak ada umat Islam yang menginginkan Islam tak berjaya lagi. Tapi alangkah anehnya jika ingin meraih kejayaan kita tidak belajar dari proses sejarah dan peradaban Islam.


View the original article here

Mengenal Al Islam Lebih Dekat

Al Islam adalah agama yang dibawa para Nabi dan Rasul  Allah SWT dari Adam as. Sampai Rasulullah SAW sebagai risalah petunjuk hidup untuk seluruh manusia, bagi kebahagiaannya di dunia dan akhirat. Al Islam merupakan karunia  Allah Azza wa Jalla yang diturunkan di muka bumi ini dengan ridho-Nya untuk menuntun manusia menghadapi semua problematika dalam kehidupannya.

Persoalan yang sering timbul adalah justru diantara manusia masih ada juga yang ragu apakah Al Islam sebagai dien ini mampu menyelesaikan berbagai problematika yang melingkupi kehidupannya ataukah Al Islam hanya merupakan bagian kecil dalam kehidupan manusia sebagai sebuah pelaksanaan ibadah ritual saja ? atau bahkan hanya sekedar formalitas saja, yang penting telah memeluk Islam di tengah mayoritas masyarakat Muslim. Tanpa merasakan dan menikmati apa yang telah diyakini keluhuran dan kebenarannya.

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini dapat muncul ke permukaan akibat ketidaktahuan manusia tentang ajaran Al Islam itu sendiri. Mereka memandang Islam hanya dari kulitnya saja atau sebagian isinya secara parsial bukan secara keseluruhan ( kaffah ), sehingga muncul dalam dirinya keraguan sebelum dia sendiri melaksanakan Al Islam.

Untuk bisa memecahkan permasalahan ini  maka dibutuhkannya pemahaman Islam secara kaffah, shahih (benar ) dan wadhih (jelas) serta syumul (integral). Upaya pemahaman ini perlu juga diiringi dengan niat yang ikhlas untuk mengkaji Al Islam dari hal-hal yang mendasar yang dibarengi dengan aplikasi yang nyata tidak sekedar teori semata.

Hal-hal mendasar yang dimaksud adalah :

Memahami makna Al IslamMemahami ciri khas dinul IslamMemahami isi kandungan Dinul IslamBeberapa aspek keyakinan seorang muslim terhadap Islam


Makna Al Islam

Pada kalimat Dinul Islam makna dien itu sendiri memiliki beberapa pengertian diantaranya :

Tunduk
Firman Allah SWT yang artinya “ … kalau mereka berpaling kamu katakanlah (kepadanya) saksikanlah bahwa kami adalah muslimun (orang-orang yang tunduk menyerahkan diri kepada Allah “ ( QS. Ali Imran : 64 )Kekuasaan
Sabda Rasullullah SAW : “ orang yang pintar adalah orang yang dapat mengendalikan hawa nafsunya dan bekerja untuk hari setelah kematiannya “Balasan
“ yang menguasai hari pembalasan “ ( QS. 1 : 4 )Undang-undang atau peraturan
Sebagaimana firman Allah SWT pada surat yusuf : 76. Dan sayyid Qutub berkata dalam tafsirnya : sesungguhnya nash ayat ini memberikan batasan yang mendetail tentang makna dien bahwa makna kalimat Dienul Malik dalam ayat ini berarti peraturan dan syariat Sang Malik (raja).

Selanjutnya Al-Quran mengungkapkan bahwa peraturan dan syariat adalah dien. Maka barang siapa yang berbeda pada peraturan dan syariat Allah berarti ia dalam dien Allah. Sebaliknya barang siapa yang berbeda pada peraturan seorang raja berarti ia dalam dien raja tersebut.” Dengan demikian dinul Islam secara bahasa mengandung makna tunduk dan menyerah, keselamatan, damai.


Demikianlah Islam berarti tunduk dan menyerahkan diri karena setiap muslim wajib tunduk dan patuh menyerahkan diri sepenuhnya kepada ketentuan Allah SWT. Ia juga berarti keselamatan dan kedamaian sebab orang yang telah memeluk dinul Islam dan mengerjakan tuntunannya akan selamat di dunia dan akhirat serta akan mendapatkan keselamatan dan kedamaian sejati.

Sedangkan secara istilah, Islam adalah tunduk dan menyerah kepada Allah baik lahir maupun batin dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya kemudian lafadz Islam digunakan sebagai nama dari dien dan peraturan yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW dan Allah menerangkan bahwa siapa saja yang mencari dan selain Islam tidak akan diterima amal dan perbuatannya dan di akhirat termasuk orang-orang merugi.

Ciri Khas Dienul Islam

Ada beberapa ciri khas dinul Islam yaitu :

Rabbaniyah
Rabbaniyah sumbernya Islam bersumber dari Allah SWT, bukan dari manusia. Rabbaniyah tujuannya maksudnya adalahtujuan pertama dan terakhir dien Islam adalah agar manusia menyembah Allah semata ( QS. Adz Dzariyat : 56 ).Insyaniah Alamiyah ( Kemanusian dan Universal )
Maksudnya adalah bahwa dien Islam sesuai dengan fitrah kemanusiaan serta diturunkan sebagai petunjuk untuk seluruh manusia bukan khusus suatu kaum atau golongan walaupun awalnya diturunkan di tanah Arab, bisa diliat ( QS. Al-Anbiyaa : 107 dan Al-Araf : 158 )Syumuliyah ( Lengkap )
Maksudnya adalah bahwa hukum dan ajaran Islam mencakup seluruh aspek kehidupan. Tidak ada pekerjaan baik yang kecil maupun yang besar sekalipun kecuali Islam telah menerangkan hukumnya.Al Basathah ( Mudah )
Yang dimaksud mudah bahwa ajaran Islam mudah untuk dikerjakan tak ada kesulitan sedikitpun sebab Islam tidak membebankan manusia suatu kewajiban kecuali sebatas kemampuannya.Al adalah ( keadilan yang mutlak )
Tujuan dien Islam adalah menegakan keadilan yang mutlak dan mewujudkan persaudaraan dan persamaan di tengah kehidupan manusia serta memelihara jiwa, kehormatan, harta, akal dan dien mereka.Tawazun ( keseimbangan )
Dienul Islam dengan seluruh ajarannya menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum antara jasad dan ruh antara dunia dan akhirat. Maka kita lihat di antara ajaran Islam adalah  “ apabila maslahat pribadi berbenturan dengan kepentingan umum kaum muslimin, maka yang didahulukan adalah kepentingan umum “.

Dalam keseimbanagan antara kebutuhan ruhiyah dan jasadiyah, Nabi SAW bersabda bahwa “ sesungguhnya badanmu memiliki hak atasmu, jiwamu memiliki hak atasmu dan keluargamu memiliki hak atasmu maka berikanlah setiap yang punya hak-haknya”.

Perbedaan antara tsabat (kokoh/tetap) dan murunah ( dapat berubah)
Maksudnya tsabat pada pokok-pokok dan tujuan, murnah pada cabang sarana dan cara-caranya, sehingga dengan sifat murnahnya dien Islam dapat menyesuaikan diri dan dapat menghadapi perkembangan jaman serta sesuai dengan segala keadaan yang baru timbul di tengah-tengah masyarakat.


Isi kandungan Dienul Islam

Secara umum kandungan Islam dapat dibagi kepada tiga bagian :

Pokok dan pondasi
Terdiri atas Aqidah yang mencakup dua kalimat syahadat dan rukun Iman yang enam, serta ibadah mahdhah yaitu shalat, zakat, puasa dan haji. Rasulullah SAW bersabda “ Islam didirikan atas lima asas pokok, bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, membayar zakat, shaum di bulan ramadhan dan menunaikan haji bagi yang mampu” ( HR. Bukhari dan Muslim).Bangunan
Hal ini terlihat pada aspek kehidupan seperti pada :
Sistem sosial kemasyarakatan hukum yakni : zakat, waris, waris dan menegakan hukum yang adil dan persaudaraan. Sistem akhlak yakni : berbuat kebaikan, jujur dan memaafkan. Sistem perekonomian yakni : utang piutang, pegadaian, pengharaman riba dan penghalalan jual beli. Sistem politik : pemerintahan, perdamaian, hukum dan pidana. Sistem pengajaran yakni : mengajar dengan lemah lembut, memberi nasihat dan lainnya.Mendukung dan menopang
Islam tidak bisa berdiri kecuali bila terdapat fondasi dan Islam belum berdiri sempurna bila bangunannya belum berdiri .  Sedangkan bangunan tidak akan berdiri tegak bila tidak ada penopangnya.


Aspek keyakinan seorang Muslim terhadap Islam

Islam merupakan wahyu AllahIslam adalah dinul HaqIslam adalah agama yang lurusIslam adalah agama yang bersih yakni : bersih dari syirik, bersih dari kesalahan, dan kekurangan bersih dari campur tangan manusia dan hawa nafsu.Islam adalah satu-satunya Agama Allah dan Allah tidak akan menerima agama selain Islam.

Demikian betapa lengkap konsep Al Islam tinggal bagaimana kita mengimplementasikan atau mengamalkan dalam kehidupan kita sehari-hari yang merupakan bekal hidup kita menuju kehidupan yang abadi di akhirat.


View the original article here

 
© 2009 Anne Ahira Artikel | Powered by Blogger | Built on the Blogger Template Valid X/HTML (Just Home Page) | Design: Choen | PageNav: Abu Farhan